CARI HOTEL/TIKET PESAWAT/KERETA API MURAH DAN PROMO!

Pegipegi

Selasa, 20 Desember 2016

Kaleidoskop Health 2016, Heboh Vaksin Palsu

Liputan6.com, Jakarta Beragam kejadian di dunia kesehatan Indonesia menjadi sorotan publik di 2016. Di antara sekian banyak kejadian, kasus vaksin palsu salah satu yang menyedot perhatian.

Penemuan vaksin palsu mulai menyeruak ke permukaan di akhir Juni 2016 di beberapa wilayah Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Kondisi ini cukup meresahkan masyarakat. Terlebih vaksin palsu di ditemukan dalam jumlah cukup besar dari tahun sebelumnya.

Awal mula

Peredaran vaksin palsu untuk anak-anak ini pertama kali diungkap Badan Reserse Kriminal Polri (Bareskrim Polri). Pengungkapan ini sontak membuat geger masyarakat. Begini awal mula penyidik mengendus keberadaan vaksin palsu di masyarakat.

"Ada selisih harga yang jauh. Dari situ kami bergerak dan menyelidiki temuan tersebut," kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus, Brigadir Jenderal Polisi Agung Setya, saat berbincang di Redaksi Liputan6.com, SCTV Tower, Jakarta, Rabu, 29 Juni 2016.

Setelah melakukan penyidikan polisi berhasil membongkar sindikat pemalsu vaksin untuk balita ini. Sejumlah sembilan orang yang terdiri atas lima produsen, dua kurir, satu pencetak label, dan satu penjual diringkus di enam lokasi berbeda di Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bekasi.

Dari sembilan pelaku, terdapat pasutri atau pasangan suami istri, yakni Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina. Sejoli ini diduga sebagai produsen dan otak sindikat pembuatan vaksin palsu. Rita dan Hidayat ditangkap di kediaman mewahnya, Perumahan Kemang Regency, Jalan Kumala 2, Bekasi Timur, Kota Bekasi.

Bareskrim tidak bertindak sendirian, tapi juga menggandeng beberapa unsur seperti Kementerian Kesehatan, asosiasi rumah sakit, dan BPOM guna mengusut tuntas kasus yang menyedot perhatian publik tersebut.

Sindikat pemalsuan vaksin ini memproduksi vaksin tetanus, BCG, campak, dan polio. Vaksin tersebut dijual bebas ke sejumlah rumah sakit dan klinik yang ada di Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bekasi.

Sebenarnya, kasus vaksin palsu bukan hanya terjadi kali ini. Pada tahun-tahun sebelumnya sudah ada, tapi dalam jumlah kecil, seperti diungkapkan Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapeutik dan Narkotika, Psikotropika & Zat Adiktif Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Bahdar Johan. 

Bahdar mengatakan, perdagangan vaksin palsu telah ditemukan sejak tahun 2014 di Aceh dan Kramat Jati, Jakarta. Kala itu hanya ada satu pelaku yang ditangkap dengan jumlah vaksin palsu yang kecil.

"Yang ditangkap oleh Bareskrim sekarang ini dalam jumlah yang cukup besar dan pabriknya juga ketahuan," ujar Bahdar dalam konferensi pers Temuan Operasi Pangea IX di Aula Gedung C, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Kamis (23/06/2016).

1 dari 5 halaman




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Heboh Juga

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search