
Sebelum dilarung, makhluk yang dianggap mistis itu dibacakan mantra serta diberi minyak wangi agar saat proses larung diberi kelancaran.
Larung dilakukan di tengah laut. Menggunakan perahu, sejumlah orang termasuk Camat Bulak bergerak ke tengah pantai, sekitar 2 km dari bibir pantai.
"Tadi hanya minta izin sebagai bentuk penghormatan agar proses larung berjalan lancar serta tidak ada kejadian yang tidak diinginkan," kata Agus, pembaca mantra usai melarung, Rabu (18/10/2017).
![]() |
"Sejak penemuan jenglot, banyak warga dan pegawai lain yang penasaran melihat jenglot di kantor kecamatan. Makanya, kami larung," kata Prayit sapaan akrab Camat Bulak.
Selain itu, 'pembuangan' jenglot kata Prayit untuk menghindari keresahan dan ajaran yang menyimpang agama.
Ia menambahkan, rencana pembuangan jenglot dilakukan didekat pulau pasir namun karena angin yang kencang hanya dilarung sekitar 2 km dari bibir pantai.
"Tadinya mau kami larung di dekat Pulau Pasir tapi karena angin kencang dan saya kira sudah cukup untuk melarung akhirnya kami larung sekitar 2 Km dari bibir pantai," pungkas Prayit.
Jenglot itu sendiri dilarung dengan meletakkannya di kotak yang ditemukan bersamanya. Jenglot tersebut diletakkan di atas kain putih di dalam kotak.
![]() |
(ze/iwd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar