OkTerus.com – Vaksin palsu sukses membuat dunia kesehatan Indonesia menjadi tergoncang. Namun, belum tuntas masalahnya, muncul kembali sebuah masalah baru yang berasal dari BPJS.
Beredar kembali sebuah kartu BPJS yang ternyata juga palsu. Peredarannya pun diduga sudah meluas yang salah satunya ada di Desa Kertajaya, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jabar, terdapat ratusan warga yang sudah menjadi korban penipuan dari oknum yang tak bertanggung jawab.
Menurut informasi yang OkTerus.com dapatkan, modis yang dilakukan pada warga yaitu untuk setiap Kepala Keluarga (KK) dikenakan biaya Rp 100 ribu sebagai persyaratan untuk bisa mendapatkan kartu tersebut.
Usai membayar senilai yang diminta tersebut, warga dijanjikan bakal bisa menikmati layanan kesehatan dengan gratis tanpa ada mengeluarkan iuran apapun setiap bulannya.
Adapun modus ini terbongkar usai kartu BPJS palsu itu digunakan oleh salah seorang korban penipuan, Budiyanto (36) di RS Umum Daerah Cibabat, Kota Cimahi.
Ketua RT 06, Ade Rohmat menjelaskan bahwa pembuatan dari kartu ini telah ada sejak 8 bulan lalu. Tetapi baru diketahui bahwa Kartu BPJS itu palsu dan tak berlaku di RS usai salah satu warganya dirawat.
Ada pula salah seorang warga yang mencoba berobat ke puskesmas, tetapi kartunya juga tak berlaku. Berawal dari situ, warga datang kepadanya untuk bertanya soal tak berlakunya kartu BPJS itu.
Editor Picks:
''Pembuatan kartu BPJS Kesehatan ini dulu dikumpulkan di Desa Kertajaya atas perintah dari orang desa sendiri bersama dengan relawan kesehatan desa. Pihak desa mengintruksikan agar setiap RW diberikan jatah 10 orang untuk mendapatkan kartu ini. Karena banyak warga yang berminat akhirnya warga rela membayar Rp 100 ribu/KK. Tapi, baru diketahui bahwa kartu ini palsu setelah datang ke puskesmas dan rumah sakit sekarang ini," jelasnya.
Karena banyaknya warga yang ditolak oleh RS akibat dari kartu BPJS palsu itu, Ia kerap menjadi sasaran marah warga karena dianggap telah membohongi para warga.
Ia menjelaskan bahwa pada awalnya memang ada program yang berasal dari instruksi pihak desa.
''Sekarang warga justru banyak yang menuding saya yang telah menipu. Padahal, saya hanya mengumpulkan dan menginformasikan saja tentang program ini," tutupnya.
Penulis: Atta Pratama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar