Heboh Mi Bikini. www.merdeka.com
ANDA tak bisa membayangkan jika anak kesayangan ditemukan tewas memanggul senjata—memakai rompi berisi bom bunuh diri. Dan melihat anak kandungnya menjadi penikmat seks akibat pergaulan bebas. Itulah yang menghantui bangsa ini terhadap anak-anak Indonesia, dengan beredarnya bahan ajar radikalisme dan makanan berlabel pornografi.
Bahan ajar dan makanan itu menyulut kemarahan orang tua yang sengaja diperuntukkan anak usia dini. Negeri ini pernah melarang buku berjudul "Anak Islam Suka Membaca" karangan Nurani Musta'in, terbitan Pustaka Amanah, Solo, Jawa Tengah. Buku paket berisi lima jilid itu pertama kali dicetak pada 1999. Hingga tahun 2015 sudah pada cetakan ke-167.
Dalam buku yang dikarang istri seorang pimpinan Laskar Jihad di Solo itu ditemukan susunan kata-kata yang mengobarkan ajaran radikalisme. Buku itu mencoba menanamkan benih-benih kekerasan kepada anak melalui media pembelajaran. Mengerikan! Bangsa yang santun ini sudah disusupi—menebar kebencian kepada negara dan agama.
Tidak hanya melalui bahan ajar saja, jaringan yang ingin merapuhkan masa depan negeri ini mengedarkan makanan ringan berlabel pornografi. Selama sepekan ini, Indonesia dihebohkan dengan beredarnya makanan bernama Bihun Kekinian (Bikini) dengan kemasan plastik bergambar wanita memakai bikini yang bertulis "Remas Aku".
Merek dagang yang tidak senonoh, merusak moral anak bangsa di usia dini. Makanan ringan yang dijual oleh toko daring melalui akun Instagram @bikini_snack dengan harga Rp15 ribu. Makanan ilegal karena tidak ada kode produksi, nomor registrasi, dan tanggal kedaluwarsa. Teror makanan untuk anak-anak sudah merambah seantero Tanah Air.
Data Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkapkan berat makanan ringan itu 50 gram. Tidak ada kode produksi, nomor registrasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan tidak ada tanggal kedaluwarsa dan informasi nilai gizi. "Keterangan produsen juga tidak jelas karena hanya mencantumkan tulisan 'Diproduksi oleh Cemilindo, Jakarta-Indonesia'. Sayangnya, kontak WhatsApp yang sudah tidak aktif, akun Instagram dan Line," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi.
Inilah dampak pesatnya bisnis online yang sudah menggandrungi anak Indonesia. Harusnya bisnis rintisan yang belakangan menjadi tren di negeri ini harus diawasi superketat. Merek dagang makanan ringan Bikini tidak mengantongi izin, tapi diperjualbelikan secara bebas. Bisnis online sudah menembus ruang dan waktu. Cukup memegang Android yang dilengkapi sejumlah aplikasi lainnya, semua beres dengan terlayani secara sempurna.
***
Makanan perusak moral anak bangsa tersebut harus dimusnahkan dari pasaran. Dan pelakunya dihukum karena menggunakan merek dan gambar yang menjurus kepada pornografi. Apalagi, tidak layak konsumsi dan ilegal. Belakangan diketahui, pembuat mi Bikini seorang mahasiswi berinisial TW (19). Mahasiswa kuliah di Bandung itu tinggal di Sawangan, Depok.
Bisnis ini mulai ditekuni sejak 2015. Dan sekarang sudah memiliki pasang pasar tersendiri rata-rata 6.000 bungkus. Dari pengakuan TW, snack Bikini dijual di Bandung, Jakarta, Palembang, dan Semarang. Di hadapan petugas BPOM, mahasiswi berhijab itu mendesain kemasan makanan ringan tanpa mempunyai maksud apa pun, terlebih mengarah kepada pornografi.
Perempuan berparas cantik itu tidak menyangka kalau kemasan makanan untuk anak-anak membawa masalah. Termasuk tulisan 'Remas Aku' yang tertera di bungkus makanan ringan tersebut. Apakah itu makanan atau baju anak-anak membuat seksi untuk dibahas. Dunia anak harus bebas dari pornografi dan pornoaksi, termasuk ajaran radikalisme. Mengapa?
Karena anak di usia dini memiliki daya serap yang sangat tinggi sehingga dengan mudah menerimanya tanpa hambatan. Hadis diriwayatkan Abu Hurairah: Rasulullah saw bersabda, "Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, Nasrani, atau seorang Majusi". Artinya, lingkungan memiliki andil yang luar biasa memengaruhi pertumbuhan anak.
Orang tua harus menjadi contoh bagi anak. Bagaimana memilih teman, makanan, juga sikap toleransi dalam kehidupan beragama, peran seorang ibu mengajarkannya di usia dini. Orang tua pasti tidak mau kebobolan, bagaimana mencegah anaknya tidak terpengaruh lingkungan, seperti tontonan mengasyikkan di layar kaca dan lebar. Itu hanya dilakukan seorang ibu dalam mendampingi anak-anaknya.
Sosok ibu yang melek perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat strategis dalam mengawasi dan mencermati setiap perubahan yang terjadi pada anaknya. Aku anak sehat, aku anak kuat, dan aku anak saleh dinyanyikan suara yang keras—untuk menginspirasi mereka. Pertahanan keluarga yang kuat itu sangat dipertaruhkan. Jika benteng pertahanannya rapuh, paham—ajaran, makanan, pakaian, atau apa pun bentuknya akan menjarah hati anak-anak Indonesia. ***
Bahan ajar dan makanan itu menyulut kemarahan orang tua yang sengaja diperuntukkan anak usia dini. Negeri ini pernah melarang buku berjudul "Anak Islam Suka Membaca" karangan Nurani Musta'in, terbitan Pustaka Amanah, Solo, Jawa Tengah. Buku paket berisi lima jilid itu pertama kali dicetak pada 1999. Hingga tahun 2015 sudah pada cetakan ke-167.
Dalam buku yang dikarang istri seorang pimpinan Laskar Jihad di Solo itu ditemukan susunan kata-kata yang mengobarkan ajaran radikalisme. Buku itu mencoba menanamkan benih-benih kekerasan kepada anak melalui media pembelajaran. Mengerikan! Bangsa yang santun ini sudah disusupi—menebar kebencian kepada negara dan agama.
Tidak hanya melalui bahan ajar saja, jaringan yang ingin merapuhkan masa depan negeri ini mengedarkan makanan ringan berlabel pornografi. Selama sepekan ini, Indonesia dihebohkan dengan beredarnya makanan bernama Bihun Kekinian (Bikini) dengan kemasan plastik bergambar wanita memakai bikini yang bertulis "Remas Aku".
Merek dagang yang tidak senonoh, merusak moral anak bangsa di usia dini. Makanan ringan yang dijual oleh toko daring melalui akun Instagram @bikini_snack dengan harga Rp15 ribu. Makanan ilegal karena tidak ada kode produksi, nomor registrasi, dan tanggal kedaluwarsa. Teror makanan untuk anak-anak sudah merambah seantero Tanah Air.
Data Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkapkan berat makanan ringan itu 50 gram. Tidak ada kode produksi, nomor registrasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan tidak ada tanggal kedaluwarsa dan informasi nilai gizi. "Keterangan produsen juga tidak jelas karena hanya mencantumkan tulisan 'Diproduksi oleh Cemilindo, Jakarta-Indonesia'. Sayangnya, kontak WhatsApp yang sudah tidak aktif, akun Instagram dan Line," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi.
Inilah dampak pesatnya bisnis online yang sudah menggandrungi anak Indonesia. Harusnya bisnis rintisan yang belakangan menjadi tren di negeri ini harus diawasi superketat. Merek dagang makanan ringan Bikini tidak mengantongi izin, tapi diperjualbelikan secara bebas. Bisnis online sudah menembus ruang dan waktu. Cukup memegang Android yang dilengkapi sejumlah aplikasi lainnya, semua beres dengan terlayani secara sempurna.
***
Makanan perusak moral anak bangsa tersebut harus dimusnahkan dari pasaran. Dan pelakunya dihukum karena menggunakan merek dan gambar yang menjurus kepada pornografi. Apalagi, tidak layak konsumsi dan ilegal. Belakangan diketahui, pembuat mi Bikini seorang mahasiswi berinisial TW (19). Mahasiswa kuliah di Bandung itu tinggal di Sawangan, Depok.
Bisnis ini mulai ditekuni sejak 2015. Dan sekarang sudah memiliki pasang pasar tersendiri rata-rata 6.000 bungkus. Dari pengakuan TW, snack Bikini dijual di Bandung, Jakarta, Palembang, dan Semarang. Di hadapan petugas BPOM, mahasiswi berhijab itu mendesain kemasan makanan ringan tanpa mempunyai maksud apa pun, terlebih mengarah kepada pornografi.
Perempuan berparas cantik itu tidak menyangka kalau kemasan makanan untuk anak-anak membawa masalah. Termasuk tulisan 'Remas Aku' yang tertera di bungkus makanan ringan tersebut. Apakah itu makanan atau baju anak-anak membuat seksi untuk dibahas. Dunia anak harus bebas dari pornografi dan pornoaksi, termasuk ajaran radikalisme. Mengapa?
Karena anak di usia dini memiliki daya serap yang sangat tinggi sehingga dengan mudah menerimanya tanpa hambatan. Hadis diriwayatkan Abu Hurairah: Rasulullah saw bersabda, "Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, Nasrani, atau seorang Majusi". Artinya, lingkungan memiliki andil yang luar biasa memengaruhi pertumbuhan anak.
Orang tua harus menjadi contoh bagi anak. Bagaimana memilih teman, makanan, juga sikap toleransi dalam kehidupan beragama, peran seorang ibu mengajarkannya di usia dini. Orang tua pasti tidak mau kebobolan, bagaimana mencegah anaknya tidak terpengaruh lingkungan, seperti tontonan mengasyikkan di layar kaca dan lebar. Itu hanya dilakukan seorang ibu dalam mendampingi anak-anaknya.
Sosok ibu yang melek perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat strategis dalam mengawasi dan mencermati setiap perubahan yang terjadi pada anaknya. Aku anak sehat, aku anak kuat, dan aku anak saleh dinyanyikan suara yang keras—untuk menginspirasi mereka. Pertahanan keluarga yang kuat itu sangat dipertaruhkan. Jika benteng pertahanannya rapuh, paham—ajaran, makanan, pakaian, atau apa pun bentuknya akan menjarah hati anak-anak Indonesia. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar