Liputan6.com, Solo - Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menarik peredaran buku pelajaran sekolah dasar (SD) karena menyebut Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Alhasil, semua sekolah negeri dan swasta dilarang mengedarkan buku berjudul 'IPS Terpadu Kelas 6 SD Jilid 6A'.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Solo, Etty Retnowati mengatakan surat larangan pemakaian buku IPS Terpadu dikeluarkan karena adanya laporan dari ormas Islam. Dalam isi buku itu disebutkan jika ibu kota Israel adalah Yerusalem.
"Pagi tadi ada audiensi dengan teman-teman ormas Islam Solo soal isi buku itu. Padahal kita tahu jika ibu kota Israel itu Tel Aviv," kata dia di Solo, Rabu, 13 Desember 2017.
Adanya laporan itu selanjutnya Disdik Solo melakukan koordinasi dengan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo serta Kesbangpolinmas. Akhirnya diputuskan untuk melarang dan menarik buku dari peredaran di sejumlah SD negeri maupun swasta di seluruh Kota Solo.
"Yang melarang peredaran buku itu tidak hanya sekedar dinas pendidikan tapi pemerintah kota melalui dinas pendidikan. Bagi sekolah yang terlanjur menggunakan buku itu untuk segera menghentikan pemakaiannya," ucapnya.
Etty menyebutkan buku pelajaran IPS kelas 6 SD itu bukan merupakan buku wajib tetapi buku pendamping kurikulum 2006. Padahal saat ini hampir 50 persen sekolah di Solo menggunakan kurikulum 2013.
"Mudah-mudahan yang separoh tidak memakai buku itu," kata dia.
Sementara itu, Sekjen Laskar Umat Islam Surakarta, Yusuf Suparno menyambut baik adanya larangan peredaran buku tersebut. Langkah selanjutnya mendesak supaya larangan tersebut dilakukan secara nasional karena buku itu beredar secara nasional.
"Tadi dari pihak Dinas Pendidikan Solo rencananya mau koordinasi ke atasnya di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Nantinya diharapkan hingga kemendikbud," ujarnya.
Selain meminta melarang peredaran buku itu, dia juga berkeinginan untuk mencari penulis pertama buku itu untuk dimintai klarifikasinya. "Apa yang dimaui dengan memunculkan Yerusalem ibu kota Israel," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar