Dua produk suplemen tersebut adalah Enzyplex produksi PT Medifarma Laboratories dan Viostin DS buatan PT Pharos Indonesia. BPOM telah menemukan dugaan kontaminasi itu sejak akhir November 2017.
Menanggapi hal tersebut, farmakolog dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr Zullies Ikawati, Apt mengatakan bahwa ada bahan-bahan pembuat suplemen tersebut berasal dari berbagai macam sumber.
"Viostin DS adalah suatu suplemen yang sering dikonsumsi penderita gangguan sendi osteoarthritis di mana terjadi penipisan tulang rawan pada persendian. Suplemen ini mengandung senyawa Chondroitine sulfat yang merupakan salah satu unsur pembentuk tulang rawan. Senyawa ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, bisa dari tulang rawan sapi atau ikan hiu, termasuk babi," tulisnya melalui pesan singkat kepada detikHealth, Jumat (2/2/2018).
Baca juga: Viostin DS Disebut Mengandung DNA Babi, Ini Tanggapan PT Pharos
Sedangkan produk Enzyplex yang merupakan kumpulan enzim-enzim berasal dari bahan kimia sintetis, tanaman, atau hewan. Hal ini menandakan bahwa semua bahan untuk membuat suplemen-suplemen tersebut tidak harus berasal dari babi.
"Jadi sebenarnya tetap ada alternatif. Kecuali belum ada alternatif sumbernya, maka mungkin tetap akan digunakan, tentunya dengan label yang sesuai, misalnya mencantumkan 'mengandung babi'. Dengan demikian konsumen bisa memilih mana yang akan digunakan," jelasnya.
Baca juga: Dokter: 2 Suplemen yang Mengandung DNA Babi Bukan untuk Emergency(wdw/mrs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar