CARI HOTEL/TIKET PESAWAT/KERETA API MURAH DAN PROMO!

Pegipegi

Minggu, 24 Desember 2017

Heboh! Pameran Seks Pertama di Timur Tengah

POJOKSATU.id, TUNISIA – Pameran seks pertama di Timur Tengah diselenggarakan di Teater el-Hamra, Tunisia pada Sabtu 23 Desember 2017 waktu setempat.

Pameran seks yang digelar Medina Book Club ini bertajuk "Artgasme". Pameran ini diklaim sebagai pameran seni bertema seks.

Seperti dilansir Al Arabiya, acara ini memadukan tarian, musik, lukisan dan pembacaan syair bertemakan seks.

Sejumlah fotografer sekaligus pelukis akan menghadiri pameran tersebut.

Pameran seks juga akan diisi dengan debat yang dimoderatori oleh penulis muda, Sabrine Ghannoudi. Debat dilakukan setelah pertunjukan.

Kama Sutra Bahasa Arab

Stepfeed.com melansir, sejak abad ke 10 sudah ada literatur Arab yang mengupas tentang seks. Salah satunya buku berjudul "Encyclopedia of Pleasure" yang ditulis oleh penulis Arab Ali ibn Nasr al-Katib.

BBC menulis sebuah laporan berjudul "The Ancient Arabic Kama Sutra" yang menjelaskan sejarah erotika sastra Arab sebelum menggali tulisan-tulisan modern dengan tema yang sama.

Pada bulan Juli lalu, seorang wanita muslim menerbitkan sebuah buku berjudul "Pedoman Seksual Muslimah: Panduan Halal untuk Memikirkan Seks."

Bab yang berbeda dari buku ini membahas berbagai tema termasuk posisi seksual, pasangan pertama kali, berciuman dan bahkan BDSM.

Luncurkan Radio LGBT

Tunisia telah menjadi berita utama di beberapa media asing pada 2017 karena memberikan ruang kepada kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Sebuah stasiun radio LGBT Tunisia yang baru saja diluncurkan telah menjadi berita utama di beberapa media terkemuka dunia.

Radio tersebut dinamakan Radio Syams. Radio ini menjadi tempat menyuarakan aspirasi sekaligus penyambung lidah para LGBT.

Radio Syams berharap bisa menghadapi penolakan terhadap hak LGBT di negara tersebut dengan menciptakan sebuah platform. Para LGBT diberikan kesempatan untuk menceritakan perjalanan hidup mereka.

Berita tersebut baru muncul beberapa bulan setelah Tunisia mengakhiri pemeriksaan analitik terhadap anggota komunitas LGBTQ.

Menteri HAM Janji Hapus Pemeriksaan Dubur

Pada bulan September, Menteri Hak Asasi Manusia Tunisia Mehdi Ben Gharbia berjanji bahwa anggota komunitas LGBT Tunisia tidak akan lagi menjalani pemeriksaan dubur.

Sementara hakim masih dapat meminta agar para homoseksual yang dicurigai menjalani tes.

"Orang tersebut berhak menolak, tanpa penolakannya ditolak sebagai bukti homoseksualitas," kata Ben Gharbia, menurut The Daily Mail.

Tidak ada jadwal spesifik yang diberikan pada saat tes tersebut secara resmi dilarang, namun Ben Gharbia mengatakan bahwa Tunisia berkomitmen untuk melindungi kaum minoritas kelainan seksual dari segala bentuk stigmatisasi, diskriminasi dan kekerasan.

Praktik tersebut telah didefinisikan sebagai penyiksaan oleh para aktivis dan berbagai organisasi internasional.

Film LGBT Terlalu Vulgar

Kelompok hak asasi manusia Amnesty International menyambut baik keputusan tersebut. Namun dia juga mengatakan bahwa kebijakan tersebut belum berjalan maksimal.

Sodomi masih dapat dihukum hingga tiga tahun penjara di Tunisia, dan LGBTQ di negara tersebut menghadapi penangkapan dan diskriminasi yang signifikan.

Terlepas dari kenyataan bahwa homoseksualitas masih dianggap sebagai kejahatan di Tunisia, sebuah dokumenter LGBT diputar di sebuah festival film lokal dalam sebuah pertunjukan solidaritas dengan kelompok minoritas seksual di bulan November.

Disutradarai oleh Nada Mezni Hafaiedh, dokumenter berjudul, "Upon the shadow" masuk dalam daftar 500 film yang disaring Carthage Film Festival. Film LGBT ini mendokumentasikan kehidupan beberapa individu dari komunitas LGBT Tunisia.

"Saya tidak akan pernah mengira film saya akan dipilih dan orang Tunisia bisa melihatnya, karena saya tahu bahwa dengan sedih di Tunisia menjadi gay adalah kekejian," kata Hafaiedh.

Selama pemutaran film, penonton berkali-kali bertepuk tangan. Tapi, itu tidak semua berita positif.

Menurut Yahoo, selusin orang meninggalkan bioskop saat menyaksikan adegan eksplisit yang menunjukkan waria telanjang atau dua pria berciuman.

"Pesan toleransi itu bagus, tapi menunjukkan pria telanjang tidak bisa diterima," kata seorang penonton bernama Nada.

(one/pojoksatu)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Heboh Juga

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search